Rabu, 03 Agustus 2011

Perbedaan Dampak Peneerapan Teknik Reformulasi dan Prompt Terhadap Penguasaan Present Continuous Tense Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Baturiti


PERBEDAAN DAMPAK PENERAPAN TEKNIK
REFORMULASI DAN PROMPT TERHADAP PENGUASAAN PRESENT CONTINUOUS TENSE SISWA KELAS X
SMA NEGERI 1 BATURITI
(Terbit di Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran UNDIKSHA)






Oleh:
I Wayan Dana Ardika,S.S.,M.Pd.












JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIKNEGERI BALI


PERBEDAAN DAMPAK PENERAPAN TEKNIK
REFORMULASI DAN PROMPT TERHADAP PENGUASAAN PRESENT CONTINUOUS TENSE SISWA KELAS X
SMA NEGERI 1 BATURITI

Oleh:
I Wayan Dana Ardika



ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan teknik reformulasi dan prompt terhadap penguasaan present continuous tense siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Baturiti dengan menggunakan metode eksperimen dengan disain eksperimen semu. Instrumen dalam penelitian ini berupa tes-tes untuk mencari data penguasaan present continuous tense siswa (data utama). Selain instrumen tersebut, juga digunakan metode wawancara tak terstruktur untuk mendapatkan penjelasan yang lebih mendalam terhadap fenomena-fenomena yang terjadi dengan penerapan teknik reformulasi dan prompt (data pendukung). Sampel penelitian berjumlah 76 siswa, yang berasal dari kelas X. A dan kelas X. B. Analisis data menggunakan analisis t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penguasaan present continuous tense siswa yang diajar dengan teknik reformulasi membawa hasil yang cukup baik, (2) Penguasaan present continuous tense siswa yang diajar dengan teknik prompt membawa hasil yang cukup baik, dan (3) ada perbedaan penguasaan present continuous tense siswa yang diajar dengan teknik reformulasi dengan siswa yang diajar dengan teknik prompt. Lebih jauh lagi diketahui bahwa tingkat penguasaan present continuous tense siswa yang diajar dengan menggunakan teknik reformulasi lebih baik daripada siswa yang diajar dengan menggunakan teknik prompt. Berdasarkan kenyataan tersebut, hendaknya para guru dapat menerapkan teknik reformulasi sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran bahasa.

Kata Kunci: teknik pembelajaran, reformulasi, prompt prestasi belajar





ABSTRACT

The research aimed at knowing the different effects on application of reformulation and prompt techniques to the students’ ability in using present continuous tense. The research is an experiment in SMA Negeri 1 Baturiti by using quasi experiment study. The instruments in this research are using tests which are compiled to search their ability of using present continuous tense (main data).  Beside, the writer also use unstructured interview method. The method is used to get the deeper explanation about the phenomenon appeared by the application of reformulation and prompt techniques (supporting data). There are 76 samples in this research; they are the students in X. A class and X. B class.T-test is used to analyze the data in this research. The result shows that: (1) the students’ ability in using present continuous tense taught by reformulation technique is good enough, (2) the students’ ability in using present continuous tense taught by prompt technique is good enough, and (3) the students’ achievement of present continuous tense taught by reformulation and prompt techniques are different. Moreover, it is known that students’ achievement of using present continuous tense taught by reformulation technique is better than students’s achievement of using present continuous tense taught by prompt technique. From the evidence, it is suggested that teacher should apply reformulation technique as an alternative in language learning.

Key Words: learning technique, reformulation, prompt, and learning achievement


1 PENDAHULUAN
Dalam beberapa dekade ini, para peneliti kebahasaan telah membuat berbagai  resep dalam pembelajaran bahasa. Resep-resep tersebut diberikan untuk membuat pembelajaran bahasa menjadi lebih efektif sehingga para siswa dapat menguasai bahasa yang dipelajarinya. Saat ini isu yang paling gencar didengungkan adalah bahwa pembelajaran bahasa akan lebih bermanfaat jika bahasa digunakan untuk komunikasi (Dulai, Burt, dan Krashen, 1982) dan dalam mempelajari bahasa (bahasa Inggris) diusahakan agar sesuai dengan lingkungan bahasa asli di mana bahasa tersebut digunakan. Akan tetapi, meskipun guru telah memberikan lingkungan bahasa agar sesuai dengan konteksnya, beberapa siswa masih tidak mampu menguasai apa yang telah diajarkan. Sebaliknya, terkadang juga terdapat siswa yang mampu menggunakan secara tepat struktur-struktur bahasa yang belum pernah diajarkan sebelumnya. Oleh karena itu, para ahli bahasa kemudian memberikan hipotesis bahwa di dalam pembelajaran bahasa terdapat faktor-faktor internal yang bertanggung jawab terhadap kejadian-kejadian yang tak terpikirkan seperti itu.
Tujuan akhir pengajaran bahasa adalah siswa mampu berkomunikasi dengan bahasa yang dipelajari secara benar, fasih, dan akurat, baik tertulis maupun lisan. Ada banyak permasalahan yang dihadapi siswa untuk mencapai tujuan tersebut, khususnya dalam hal ini adalah dalam mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa asing (EFL) dan bahasa kedua (L2). Sebagai contohnya dalam mempelajari tata bahasa dalam bahasa Inggris. Seringkali ditemukan siswa yang tidak berani berbicara di dalam kelas karena takut tata bahasanya salah. Whitley (dalam Leeman, Arteagoita, Fridman, dan Doughty, 1995), menyatakan bahwa akurasi penggunaan bahasa target sangat penting dalam peristiwa komunikasi di dalam kelas. 
Ada berbagai strategi yang digunakan oleh para guru untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa Inggris yang telah ditetapkan. Salah satunya adalah dengan memberikan umpan balik dalam pembelajaran yang sedang berlangsung. Memberikan kesempatan-kesempatan untuk berlatih dan menerima umpan balik korektif merupakan suatu langkah yang amat penting untuk membantu para siswa mengembangkan dirinya berdasarkan pada pengetahuannya sebelumnya. Dengan memberikan umpan balik terhadap capaian siswa saat ini, dapat memberikan keuntungan tambahan untuk membantu siswa dalam mengembangkan teknik-teknik belajar yang baik dan efektif.
Dengan memberikan kesempatan-kesempatan untuk berlatih dan menerima umpan balik korektif, akan membantu siswa untuk menyimpan dan menghubungkan informasi-informasi yang ada (Ertmer dan Newby, 1993). Istilah umpan balik itu sendiri pun telah dikenal sangat lama, tetapi baru-baru ini para ahli bahasa di dunia mencoba meneliti secara maksimal dampak umpan balik tersebut dalam pembelajaran. Dalam hal ini, Lyster dan Ranta (1997) dan Lyster (2004) menggolongkan umpan balik menjadi tujuh jenis, yaitu (1) explicit correction, (2) recast, (3) clarification request, (4) metalinguistic clues, (5) elicitation, (6) repetition, dan (7) prompt.
Dalam beberapa dekade terakhir ini, fokus penelitian yang dilakukan oleh para ahli metodologi bahasa ada pada recast. Recast adalah parafrase ungkapan sebelumnya dengan mengubah satu atau lebih komponen kalimat tanpa mengubah makna yang ingin diugkapkan (Long, 1996: 436). Nicholas, Lighbown, dan Spada (2001) telah melakukan review terhadap penelitian-penelitian yang berkaitan dengan recast. Dari review tersebut disimpulkan bahwa recast terbukti efektif diterapkan pada pembelajaran bahasa (baik bahasa pertama maupun bahasa kedua). Teknik ini dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yang pertama disebut dengan spoken recast, yaitu penerapan recast dalam pembelajaran yang dilakukan secara lisan, sedangkan yang kedua disebut dengan written recast atau reformulation (reformulasi), yaitu penerapan yang dilaksanakan melalui tulisan atau komposisi yang dibuat oleh siswa.
Angelo dan Cross (1993), menyatakan bahwa guru menggunakan umpan balik agar dapat meningkatkan kemampuan siswa dan umpan balik tulis (written feedback) kemungkinan akan lebih berguna daripada umpan balik secara lisan. Penerapan umpan balik lisan dapat memberikan kesempatan bagi para siswa untuk mengkonsultasikannya kembali kepada gurunya sehingga akan mendapatkan kejelasan yang lebih terhadap topik yang dipelajari. Penulis dapat mencuri informasi dari komentar yang diberikan oleh guru, dengan mengikuti arahan dari umpan balik tersebut (Knoblauch dan Brannon, 1984).
Penelitian mengenai reformulasi juga telah banyak dilakukan oleh para ahli metodologi pembelajaran bahasa di dunia, seperti yang dilakukan oleh Hsu dan Knoblock (1993), Thornbury (1997), dan Tocally-Beler dan Swain (2005), Lyster (2004), dan lain-lain. Dari hasil penelitian-penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa belum ada satu pun ahli bahasa yang melakukan penelitian dan mencoba untuk menerapkan teknik reformulasi ini di Indonesia, padahal di negara-negara lain telah banyak ahli bahasa yang menyatakan bahwa reformulasi itu efektif diterapkan kepada para siswa (Hsu dan Knoblock, 1993; Tocalli-Beller dan Swain, 2005). Berdasarkan atas alasan-alasan di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap penerapan teknik reformulasi, khususnya yang   penulis lakukan pada siswa kelas X di SMA Negeri 1 Baturiti, yang hasilnya juga diperbandingkan dengan penerapan teknik prompt. Hal ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah reformulasi ini efektif atau tidak jika diterapkan bagi para siswa di Indonesia, atau mungkin saja teknik prompt yang telah biasa diterapkan ternyata lebih efektif dari penerapan teknik reformulasi. Dalam penelitian ini penulis lebih mengkhususkan lagi penelitian terhadap penguasaan present continuous tense siswa. Present continuous tense adalah salah satu tenses yang masuk dalam kurikulum bahasa Inggris SMA (GBPP) tahun ajaran 2007/2008 pada kelas X.
Tujuan penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua macam, antara lain tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi secara mendalam mengenai dampak penerapan reformulasi dan prompt dalam pembelajaran present continuous tense oleh para siswa kelas X di SMA Negeri 1 Baturiti, sedangkan tujuan khusus dalam penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan tingkat penguasaan present continuous tense siswa yang diajar dengan teknik reformulasi; (2) mendeskripsikan tingkat penguasaan present continuous tense siswa yang diajar dengan teknik prompt; dan (3) mendeskripsikan tingkat perbedaan penguasaan present continuous tense antara siswa yang diajar dengan teknik reformulasi dengan siswa yang diajar dengan teknik prompt.
Penelitian ini dapat memberikan manfaat teoretis dan manfaat praktis. Dari aspek teoretis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan memperkaya khazanah keilmuan dalam bidang pendidikan dan pembelajaran bahasa, khususnya dalam hal ini mengenai penggunaan teknik pembelajaran menuju pada inovasi pembelajaran. Ditinjau dari aspek praktis, penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi (1) untuk guru mata pelajaran bahasa Inggris, dapat mengembangkan teknik pembelajaran sehingga tujuan  pembelajaran bahasa Inggris dapat tercapai dengan baik; (2) untuk siswa, dapat meningkatkan hasil belajar mereka dengan cara melatih diri dengan bimbingan gurunya; (3) untuk sekolah, dapat menghasilkan peserta didik (output) yang  bermutu dan berkualitas; dan (4) untuk peneliti, dapat menjadi dasar dalam melakukan penelitian-penelitian lebih jauh lagi terhadap teknik pembelajaran, khususnya mengenai reformulasi.
Adapun teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah teori-teori pembelajaran yang diungkapkan oleh Utomo dan Ruijter (1994); Dick dan Carey (1985); Gagne, Briggs, dan Wager (1992); dan Dickson (2008); teori-teori mengenai reformulasi yang diungkapkan oleh Lyster dan Ranta (1997); Lyster (1998a, 1998b, 2004); Nicholas, dan Lightbown, dan Spada (2001); teori-teori mengenai prompt yang diungkapkan oleh Swain (1985); Dickson (2008); dan Ellis (1997); dan teori mengenai present continuous tense yang diungkapkan oleh Halim (tanpa tahun).

2 METODE PENELITIAN
            Penelitian yang dilakukan menggunakan metode kuantitatif dan termasuk ke dalam penelitian eksperimen semu (Quasy-Experiment Design). Disain eksperimen semu dipakai karena hal-hal lain yang berinteraksi dan mempengaruhi hasil penelitian ini tidak dapat dikendalikan sepenuhnya (Gall & Borg, 2003). Dalam situasi sekolah, jadwal pelajaran tidak dapat diganggu gugat, atau kelas diorganisasi, demi kepentingan peneliti. Dalam hal ini, peneliti perlu menggunakan kelompok-kelompok itu seperti apa adanya. Penelitian ini melibatkan dua kelompok sampel yang masing-masing berjumlah 38 siswa dari empat kelompok (kelas) siswa kelas X di SMA Negeri 1 Baturiti dan dipilih secara acak. Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan instrumen tes untuk mendapatkan data penguasaan present continuous tense siswa. Penulis juga menggunakan teknik wawancara tak terstruktur (unstructured interview) kepada beberapa sampel siswa pada masing-masing kelompok sebagai data pendukung untuk mendapatkan atau menggali informasi secara mendalam terhadap hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Guna mendapatkan informasi sesuai dengan tujuan penelitian, data dianalisis dengan menggunakan t-test yang menggunakan pretest-postest control group design, untuk selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan taraf signifikansi 5%.



3 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
            Dari hasil perhitungan diperoleh t sebesar 2,035 dan t sebesar 1,995. hal ini berarti bahwa t> t, dengan begitu t-test menolak H dan menerima H, yaitu ada perbedaan prestasi belajar siswa secara signifikan antara kelompok siswa yang menerima penerapan teknik reformulasi dan kelompok siswa yang menerima penerapan teknik prompt dalam pembelajaran present continuous tense. Kemudian, diketahui bahwa tingkat penguasaan present continuous tense siswa yang diajar dengan teknik reformulasi lebih baik daripada siswa yang diajar dengan teknik prompt.
Siswa yang menerima penerapan teknik reformulasi dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang penggunaan present continuous tense. Hal ini dibuktikan dengan konsistensi penggunaan present continous tense setelah penerepan teknik reformulasi. Jadi, siswa-siswa tersebut dapat mengambil keuntungan dari umpan balik yang diberikan. Siswa yang mendapatkan nilai perolehan baik mengatakan bahwa mereka menggunakan reformulasi yang diberikan sebagai dasar untuk memahami penggunaan present continuous tense. Namun, terdapat pula siswa-siswa yang menerima penerapan teknik reformulasi, tetapi tidak mengambil keuntungan dari reformulasi tersebut. Hal ini dibuktikan dengan adanya dua orang siswa yang mendapatkan nilai perolehan (gain) 0. Berdasarkan wawancara yang dilakukan diketahui bahwa siswa-siswa tersebut tidak melanjutkan umpan balik yang diberikan. Tulisan mereka yang telah diterapkan teknik reformulasi hanya ditaruh saja tanpa dipelajari. Hal tersebut terjadi karena siswa tersebut harus bekerja untuk mencari nafkah setelah jam sekolah selesai, sehingga waktu untuk belajar sangat terbatas. Oleh karena itu, terdapat penyimpangan dalam kalimat yang dibuat yang menandakan mereka belum paham betul tentang penggunaan present continuous tense. Sebagai contohnya, seorang siswa membuat kalimat “a man swimming in the beach” pada pretest dan pada postest kembali melakukan kesalahan dengan membuat kalimat “they is laugh see of humour”. Hal ini membuktikan bahwa siswa tersebut belum paham betul tentang penggunaan present continuous tense.
Hal yang sama juga terjadi pada kelompok dengan penerapan teknik prompt. Siswa yang menerima penerapan teknik prompt dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang penggunaan present continuous tense. Hal ini dibuktikan dengan konsistensi penggunaan present continous tense setelah penerepan teknik prompt. Jadi, siswa-siswa tersebut dapat mengambil keuntungan dari umpan balik yang diberikan. Siswa yang mendapatkan nilai perolehan baik mengatakan bahwa mereka menggunakan prompt yang diberikan sebagai dasar untuk mencari informasi-informasi mengenai penggunaan present continuous tense. Namun, terdapat pula siswa-siswa yang menerima penerapan teknik prompt, tetapi tidak mengambil keuntungan dari prompt tersebut. Hal ini dibuktikan dengan masih adanya siswa yang mendapatkan nilai perolehan (gain) -1 dan 0. Berdasarkan wawancara yang dilakukan diketahui bahwa siswa-siswa tersebut tidak melanjutkan umpan balik yang diberikan. Tulisan mereka yang telah diterapkan teknik prompt hanya ditaruh saja tanpa dipelajari, sehingga mereka tidak menerima keuntungan dari penerapan teknik prompt tersebut. Oleh karena itu, terdapat kesalahan struktur dalam kalimat yang dibuat yang menandakan mereka belum paham betul tentang penggunaan present continuous tense. Sebagai contohnya, seorang siswa membuat kalimat “he write a letter everyday” pada pretest dan pada postest kembali melakukan kesalahan dengan membuat kalimat “the letter is given to friend to me”. Hal ini membuktikan bahwa siswa tersebut belum paham betul tentang penggunaan present continuous tense.
            Penerapan teknik reformulasi dapat menyebabkan terjadinya konflik intelektual yang mendukung pembelajaran. Konflik yang terjadi tersebut disebut dengan konflik kognitif (cognitive conflict). Penerapan teknik prompt juga dapat menyebabkan terjadinya konflik kognitif. Bedanya, konflik intelektual yang terjadi dengan penerapan teknik reformulasi disebabkan oleh adanya input yang diberikan pada tulisan yang dibuat oleh para siswa. Input tersebut dapat berperan sebagai bukti negatif (negative evidence) karena memberikan bentuk yang benar berdasarkan kesalahan-kesalahan yang dibuat siswa. Bukti negatif tersebut juga menimbulkan diskusi antarsiswa dan usaha untuk mencari informasi yang lebih jelas tentang penggunaan present continuous tense, sedangkan konflik intelektual yang terjadi dengan penerapan teknik prompt terjadi karena siswa sadar bahwa kalimat-kalimat yang dibuat menyimpang dari yang seharusnya berdasarkan prompt yang diberikan. Berdasarkan kesadaran tersebut, siswa kemudian melanjutkannya dengan melakukan diskusi dengan teman sekelasnya dan mencari informasi yang lebih jelas pada buku-buku pelajaran yang mereka miliki. Hal ini dilakukan karena tidak diberikan bentuk yang benar (input) berdasarkan kesalahan-kesalahan yang dibuat siswa. Ini berarti bahwa konflik intelektual siswa (konflik kognitif) dapat terjadi dengan penerapan teknik reformulasi (dengan input) dan penerapan teknik prompt (tanpa input). Setelah konflik kognitif tersebut, dalam pencapaian penguasaan present continuous tense juga mengalami tahap-tahap noticing dan uptake, seperti yang ditunjukkan pada gambar-gambar berikut ini.







 
















Gambar 2.1 Proses Penguasaan Present Continuous Tense Siswa dengan Penerapan Teknik Reformulasi dan Prompt

Meskipun uptake dapat muncul dengan penerapan teknik reformulasi dan prompt, berdasarkan hasil analisis terbukti bahwa dengan adanya input akan dapat memberikan pengaruh yang lebih baik bagi perkembangan penguasaan present continuous tense siswa. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada beberapa sampel dari kelompok kontrol (dengan penerapan teknik prompt) juga diketahui bahwa secara umum mereka menganggap teknik prompt itu baik, tetapi mereka menyarankan agar komposisi yang mereka buat diberikan pembenarannya secara langsung. Jadi, dengan demikian para siswa dari kelompok kontrol secara tidak langsung menyatakan bahwa komposisi yang mereka buat hendaknya direformulasi (diberikan input) sehingga mereka dapat mengetahui bentuk yang benar untuk dipelajari. Berdasarkan wawancara juga diketahui bahwa sebagian besar siswa pada kelompok kontrol belajar atau berdiskusi dengan salah satu siswa yang mendapatkan nilai sangat tinggi (siswa yang dikeluarkan dari kelompok sampel karena dianggap telah menguasai present continuous tense dengan baik/outlayer) pada tahap pemberian pretest. Jadi, seandainya dalam kelas tersebut tidak ada siswa yang sudah menguasai present continuous tense dengan baik, kemungkinan besar penerapan teknik reformulasi akan berdampak jauh lebih tinggi atau lebih baik lagi daripada penerapan teknik prompt.
Penerapan teknik reformulasi dan prompt terbukti dapat meningkatkan tingkat perkembangan bahasa dan akurasi penggunaan present continuous tense siswa. Hal ini dibuktikan dengan adanya nilai perolehan sebesar 185 atau peningkatan nilai rata-rata dari 0,45 menjadi 5,32 dengan penerapan teknik reformulasi dan nilai perolehan sebesar 134 atau peningkatan nilai rata-rata dari 0,45 menjadi 3,97 dengan penerapan teknik prompt. Penelitian Daughty dan Varela (yang disebutkan oleh Nicholas, Lighbown, dan Spada, 2001) pada penguasaan past tense anak-anak yang berumur antara 11-14 tahun juga menunjukkan bahwa dengan penerapan teknik reformulasi akan dapat ditingkatkan akurasi dan tingkat penggunaan past tense. Dari data yang ada dapat kita ketahui bahwa penerapan teknik reformulasi dan prompt sama-sama dapat meningkatkan penguasaan dan akurasi penggunaan present continuous tense, tetapi tingkat keefektifannya berbeda-beda. Adanya input kepada para siswa dengan penerapan teknik reformulasi diyakini menjadi penyebab terjadinya hal tersebut.

4 PENUTUP
            Berdasarkan atas temuan dalam penelitian ini dapat disumpulakan beberapa hal, antara lain (1) penguasaan present continuous tense siswa yang diajar dengan teknik reformulasi membawa hasil yang cukup baik; (2) penguasaan present continuous tense siswa yang diajar dengan teknik prompt membawa hasil yang cukup baik; dan (3) ada perbedaan secara signifikan prestasi belajar siswa yang diajar dengan teknik reformulasi dan teknik prompt dalam pembelajaran present continuous tense. Lebih jauh lagi diketahui bahwa tingkat penguasaan present continuous tense siswa yang diajar dengan menggunakan teknik reformulasi lebih baik daripada siswa yang diajar dengan menggunakan teknik prompt.
            Temuan penelitian ini memberikan beberapa implikasi antara lain (1) temuan tentang penerapan teknik reformulasi dan prompt terbukti sama-sama dapat meningkatkan kemampuan penggunaan present continuous tense siswa. Temuan ini memberikan implikasi bahwa perlunya pemberian umpan balik (penerapan suatu teknik) pada tulisan-tulisan atau kalimat-kalimat yang dibuat oleh siswa agar dapat meningkatkan akurasi bahasa mereka; (2) temuan tentang penerapan teknik reformulasi terbukti dapat memberikan dampak yang lebih signifikan dibandingkan dengan penerapan teknik prompt dalam meningkatkan kemampuan penggunaan present continuous tense siswa. Temuan ini memberikan implikasi bahwa perlunya penerapan teknik reformulasi secara terprogram pada tulisan-tulisan atau kalimat-kalimat yang dibuat oleh para siswa; (3) Berkaitan dengan temuan-temuan tersebut, seorang guru harus cermat dalam memilih salah satu teknik pembelajaran yang akan diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa (khususnya dalam pembelajaran present continuous tense). Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran bahasa Inggris, yang mana mengharapkan dapat menghasilkan siswa-siswa yang mampu berkomunikasi secara lisan maupun tulis dengan baik. Penerapan teknik reformulasi yang berfokuskan pada bentuk (form focused instruction) akan memacu para siswa agar dapat meningkatkan akurasi bahasa mereka sehingga diharapkan nantinya mereka dapat menggunakan bahasa yang dipelajarinya dengan baik dan benar; dan (4) tujuan utama dalam pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia adalah agar siswa dapat menggunakan bahasa tersebut atau dapat menguasainya sesuai dengan penutur aslinya. Oleh karena itu, seorang peneliti kebahasaan atau ahli metodologi bahasa harus selalu berusaha untuk menemukan dan mengembangkan teknik-teknik belajar bahasa Inggris yang efektif sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai.
            Berdasarkan temuan tersebut dan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran dalam bidang studi bahasa Inggris, yang pada dasarnya bermuara pada peningkatan prestasi belajar bahasa Inggris siswa, dalam penelitian ini dikemukakan saran-saran antara lain (1) mengingat diperlukan sekali adanya perlakuan umpan balik pada komposisi yang dibuat oleh para siswa, sebaiknya guru di SMA Negeri 1 Baturiti dapat memberikan umpan balik pada komposisi yang dibuat oleh para siswa dalam belajar bahasa Inggris; (2) mengingat penerapan teknik reformulasi lebih efektif daripada penerapan teknik prompt dalam meningkatkan prestasi belajar (akurasi) present continuous tense siswa, hendaknya para guru dapat menerapkan teknik reformulasi sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran bahasa bagi siswa di Indonesia; (3) mengingat proses umpan balik merupakan aktivitas dua komunikator yang saling memberi informasi dan saling mempengaruhi, hendaknya umpan balik dapat dipakai sebagai ajang kontrol dan penilaian. Dengan pemberian umpan balik tersebut, para siswa dapat mengontrol kemampuan belajarnya dan pihak guru memantau dan menilai kemampuan mengajarnya; (4) mengingat umpan balik sangat penting dan berpengaruh pada peningkatan prestasi belajar, hendaknya para siswa dapat memanfaatkan umpan balik tersebut untuk memotivasi diri dalam meningkatkan gairah belajarnya. Umpan balik tidak selamanya datang dari para guru, tetapi bisa datang dari teman sekelasnya dan ini hendaknya dapat memacu peningkatan aktivitas belajar siswa sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik; dan (5) mengingat ada beberapa keterbatasan dalam variabel penelitian ini dan agar lebih akurasinya hasil penelitian ini, disarankan pada penelitian lebih lanjut (untuk memverifikasi penelitian ini) agar menggunakan beberapa variabel sertaan yang ikut memberikan kontribusi terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Juga sebaiknya digunakan sampel yang lebih banyak, waktu yang lebih lama, dan materi yang lebih menyeluruh, sehingga generalisasi hasil penelitian lebih luas dan akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Angelo dan Cross. 1993. Teaching Without Learning is Just Talking. www.yahoo.com.

Dick, Walter & Carey, Lou. 1985. The systematic Design of Instruction. USA: Scott, Foresman and Company.

Dickson, K.J. 2008. Freewriting, Prompts and Feedback. http/www.yahoo.com.
Dulay, H., Burt M., Krashen, S. 1982. Language Two. New York: Oxford University Press.

Ellis, Rod. 1997. SLA Research and Language Teaching. Oxford: Oxford University Press.

Ertmer, P.A., & Newby, T. J. 1993. Behaviorm, Cognitivism, Constructivism. Performance Improvement Quarterly, 6, 50-72.

Gagne, Robert M., Briggs, Leslie J., dan Wager, Walter W. 1992. Principles of Instructional Design. USA: Harcourt Brace Jovanovich.

Gall, D., Gall, P., & Borg, R. 2003. Educational Research an Introduction. USA: Pearson Education,Inc.

Halim, Andreas. (Tanpa Tahun). Kamus Lengkap 5 Milyar Inggris-Indonesia, Indonesia Inggris. Surabaya: Sulita Jaya.

Hsu, Chun-Nan & Knoblock, Craig A. 1993. Learning Database Abstractions for Query Reformulation. USA: AAAI Workshop on Knowledge Discovery in Database.
Knoblauch, C.H., dan Brannon, L. 1984. Rhetorical Traditions and the Teaching of Writing. Upper Monclair, NJ: Boynton/Cook.

Leeman, J., Arteagoita, I., Fridman, B., dan Doughty, G. 1995. Integrating Attention to Form With Meaning: Focus on Form in Content-Based Spanish Instrucrion. Second Language Teaching & Curriculum Center (hal. 217-258).

Long, M.H. 1996. The Role of the Linguistic Environment in Second Language Acquisition. Dalam W. Ritchie dan T. Bhatia (Eds.) Handbook of Second Language Acquisition (hal. 413-468).
Lyster, Roy., dan Ranta, L. 1997. Corective Feedback and Learner Uptake: Negotiation of Form in Communicative Classromms. Language Learning Journal, 48, 183-218.

Lyster, Roy. 2004. Differential Effects of Prompts and Recasts in Form-Focused Indtruction. SSLA journal, hal: 399-432.

Lyster, Roy. 1998a. Recast, Repetition and Ambiguity in L2 Classroom Discourse. Studies in Second Language Acquisition, 20, 51-80.

Lyster, Roy. 1998b. Negotiation of Form, Recasts and Explicite Correction in Relation to Error Types and Learner Repair in Immertion Classrooms. Language Learning Journal, 48, 183-218.
Nicholas, H., Lighbown, P., & Spada, Nina. 2001. Recast as Feedback to Language Learners. Language Learning Journal, hal: 714-758.

Swain, M+ & Lapkin. 1985. Problems in Output and the Cognitive Processes They Generate: A Step Towards Second Language Learning. Applied Linguistics, 16, 370–391.

Thornbury, Scott. 1997. Reformulation and Reconstruction: Task that Promoting “Noticing”. English Language Teaching Journal, 51,: 326-335.

Tocally-Beller, A., Swain, M. 2005. Reformulation: The Cognitive Conflict and L2 Learning it Generates. International Journal of Applied Linguistics, 15, 5-26.

Utomo, Tjipto & Ruijter, Kees. 1994. Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar